Kebudayaan Masyarakat Baduy
- Lokasi dan Tempat Demografi
Baduy
yang berlokasi di desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten
Rangkasbitung Banten terdiri dari kampung Gajebo, Cikeusik, Cibeo,dan
Cikertawana,dan terbagi atas baduy luar dan baduy dalam.Daerah yang
luasnya 138 ha, terdiri atas 117 kk yang menempati 99 rumah yang
dinamakan Culah Nyanda atau rumah panggung, sedangkan rumah kokolot atau
duku dinamakan Dangka, yang menghadap keselatan.Masyarakat suku baduy
yang berpenduduk kurang lebih 10 ribu jiwa ini tinggal di wilayah yang
berbukit-bukit, dan berhutan-hutan, dengan memilki lembah yang curam
sedang, sampai curam sekali. Berdasarkan hasil pengukuran langsung di
lapangan wilayah-wilayah pemukiman baduy rata-rata terletak pada
ketinggian 250 m diatas permukaan laut, dengan wilayah pemukiman di
daerah yang cukup rendah 150 m diatas permukaan air laut dan pemukiman
yang cukuop tinggi pada ketinggian 400 m diatas permukaaan laut.
Wilayah Baduy itu berdasarkan lokasi geografinya terletak pada 60 27′ 27″ – 60 30′ LU dan 1080 3′ 9″ – 1060 4′ 55″ BT. wilayahnya berbukit – bukit dengan rata -rata terlelak pada ketinggian 250m diatas permukaan laut.
- Sistem Kepercayaan dan Religi
Suku
Baduy yang merupakan suku tradisional di Provinsi Banten hampir
mayoritasnya mengakui kepercayaan sunda wiwitan.Yang mana kepercayaan
ini meyakini akan danya Allah sebagai “Guriang Mangtua” atau disebut
pencipta alam semesta dan melaksanakan kehidupan sesuai ajaran Nabi
Adam sebagai leluhur yang mewarisi kepercayaan turunan ini. Kepercayaan
sunda wiwitan berorientasi pada bagaimana menjalani kehidupan yang
mengandung ibadah dalam berperilaku, pola kehidupan sehari-hari,langkah
dan ucapan, dengan melalui hidup yang mengagungkan kesederhanaan (tidak
bermewah-mewah) seperti tidak mengunakan listrik,tembok, mobil dll
- Bahasa
Mayoritas
masyarakat Baduy berbahasa Sunda namun mereka tak menutup diri untuk
terus mempelajari Bahasa nasional yakni bahasa Indonesia. Terbukti,
tidak sedikit masyarakat Baduy yang dapat berbahasa Inbdonesia.
- Sistem Pemerintahan
Masyarakat
Baduy menganggap dirinya sebagai keturunan jauh dari 7 Batara atau
Dewa, yang dikirim ke dunia di Sasaka Pusaka Buana oleh Batara Batara
tunggal. Mereka membagikan diri kedalam beberapa kelompok berdasarkan
keturunan mereka. Karena itu mereka hidup dalam pemukiman yang berbeda.
Ada 3 pemukiman di Tangtu ( daerah bagian dalam ), yaitu Cibeo,Cikeusek,
dan Cikartawana.Setiap daerah pemukiman memiliki puun sendiri yang
secara adaptasi memiliki tugas khusus dan mengadakan hubungan dengan
sejumlah pemukiman di Dangka (daerah bagian luar Baduy).Setiap pemukiman
luar memiliki pemimpin sendiri yang disebut Jaro. Seluruh organisasi
ini disebut “Masyarakat tiga Tangtu dan tujuh Jaro”. Dengan semakin
banyak penduduk ada juga orang Baduy yang kini tinggal diluar tata susun
resmi, yaitu di pemukiman tambahan yang disebut penamping atau
pajaroan.
- Mata Pencaharian
Kehidupan
orang Baduy berpenghasilan dari pertanian, dimulai pada bulan kaampat
kalender Baduy yang dimulai dengan kegiatan nyacar yakni membersihkan
semua belukar untuk menyiapkan ladang. Ada 4 jenis lading untuk padi
gogo yaitu humas serang, merupakan suatu lading suci bagi mereka yang
berpemukiman dalam. Huma tangtu merupakan lading yang dikerjakan oleh
orang Baduy Dalam yang meliputi Huma tuladan atau huma jaro. Huma
penamping merupakan ladang yang dikerjakan oleh orang Baduy diluar
kawasan tradisional.
- Peralatan dan Teknologi
Kehidupan
orang Baduy berpusat pada daur pertanian yang diolah dengan menggunakan
peralatan yang masih sangat sederhana. Dalam adapt Baduy terutama Baduy
Dalam, masyarakat tidak boleh menggunakan peralatan yang sudah modern.
Mereka mengandalkan peralatan yang masih sangat primitive seperti bedog,
kampak, cangkul, dll.
- Upacara Masyarakat Baduy
- Upacara Kawalu yaitu upacara yang dilakukan dalam rangka menyambut bulan kawalu yang dianggap suci dimana pada bulan kawalu masyarakat baduy melaksanakan ibadah puasa selama 3 bulan yaitu bulan Kasa,Karo, dan Katiga.
- Upacara ngalaksa yaitu upacara besar yang dilakukan sebagain uacapan syukur atas terlewatinya bulan-bulan kawalu, setelah melaksanakan puasa selama 3 bulan. Ngalaksa atau yang sering disebut lebaran.
- Seba yaitu berkunjung ke pemerintahan daerah atau pusat yang bertujuan merapatkan tali silaturahmi antara masyarakat baduy dengan pemerintah, dan merupakan bentuk penghargaan dari masyarakat baduy.
- Upacara menanam padi dilakukan dengan diiringi angklung buhun sebagai penghormatan kepada dewi sri lambing kemakmuran.
- Kelahiran yang dilakukan melalui urutan kegiatan yaitu:
- Saat bayi itu lahir akan dibawa ke dukun atau paraji untiuk dijampi-jampi.
- Setelah 7 hari setelah kelahiran maka akan diadakan acara perehan atau selametan.
- Upacara Angiran yang dilakukan pada hari ke 40 setelah kelahiran.
-
Akikah yaitu dilakukannya cukuran, khitanan dan pemberian nama oleh
dukun(kokolot) yuang didapat dari bermimpi dengan mengorbankan ayam.
Perkawinan,
dilakukan berdasarkan perjodohan dan dilakukan oleh dukun atau kokolot
menurut lembaga adat (Tangkesan) sedangkan Naib sebagai penghulunya.
Adapun mengenai mahar atau seserahan yakni sirih, uang semampunya, dan
kain poleng.
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari tentunya masyarakat baduy disesuaikan dengan penanggalan:
- Bulan Kasa
- Bulan Karo
- Bulan Katilu
- Bulan Sapar
- Bulan Kalima
- Bulan Kaanem
- Bulan Kapitu
- Bulan Kadalapan
- Bulan Kasalapan
- bulan Kasapuluh
- Bulan Hapid Lemah
- Bulan Hapid Kayu
Seperti
yang telah diuraikan diatas, apabila ada masyarakat baduy yang
melanggar asalah satu pantangan maka akan dikenai hukuman berupa
diasingkan ke hulu atau dipenjara oleh pihak polisi byang berwajib.
- Kesenian
Dalam melaksanakan upacara tertentu, masyarakat Baduy menggunakan kesenian untuk memeriahkannya. Adapun keseniannya yaitu:
- Seni Musik (Lagu daerah yaitu Cikarileu dan Kidung ( pantun) yang digunakan dalam acara pernikahan).
- Alat musik (Angklung Buhun dalam acara menanan padi dan alat musik kecapi)
- Seni Ukir Batik.
Ilmu Budaya Dasar I (tulisan )
Oct.14, 2011 in
Uncategorized
Kebudayaan Masyarakat Baduy
- Lokasi dan Tempat Demografi
Baduy
yang berlokasi di desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten
Rangkasbitung Banten terdiri dari kampung Gajebo, Cikeusik, Cibeo,dan
Cikertawana,dan terbagi atas baduy luar dan baduy dalam.Daerah yang
luasnya 138 ha, terdiri atas 117 kk yang menempati 99 rumah yang
dinamakan Culah Nyanda atau rumah panggung, sedangkan rumah kokolot atau
duku dinamakan Dangka, yang menghadap keselatan.Masyarakat suku baduy
yang berpenduduk kurang lebih 10 ribu jiwa ini tinggal di wilayah yang
berbukit-bukit, dan berhutan-hutan, dengan memilki lembah yang curam
sedang, sampai curam sekali. Berdasarkan hasil pengukuran langsung di
lapangan wilayah-wilayah pemukiman baduy rata-rata terletak pada
ketinggian 250 m diatas permukaan laut, dengan wilayah pemukiman di
daerah yang cukup rendah 150 m diatas permukaan air laut dan pemukiman
yang cukuop tinggi pada ketinggian 400 m diatas permukaaan laut.
Wilayah Baduy itu berdasarkan lokasi geografinya terletak pada 60 27′ 27″ – 60 30′ LU dan 1080 3′ 9″ – 1060 4′ 55″ BT. wilayahnya berbukit – bukit dengan rata -rata terlelak pada ketinggian 250m diatas permukaan laut.
- Sistem Kepercayaan dan Religi
Suku
Baduy yang merupakan suku tradisional di Provinsi Banten hampir
mayoritasnya mengakui kepercayaan sunda wiwitan.Yang mana kepercayaan
ini meyakini akan danya Allah sebagai “Guriang Mangtua” atau disebut
pencipta alam semesta dan melaksanakan kehidupan sesuai ajaran Nabi
Adam sebagai leluhur yang mewarisi kepercayaan turunan ini. Kepercayaan
sunda wiwitan berorientasi pada bagaimana menjalani kehidupan yang
mengandung ibadah dalam berperilaku, pola kehidupan sehari-hari,langkah
dan ucapan, dengan melalui hidup yang mengagungkan kesederhanaan (tidak
bermewah-mewah) seperti tidak mengunakan listrik,tembok, mobil dll
- Bahasa
Mayoritas
masyarakat Baduy berbahasa Sunda namun mereka tak menutup diri untuk
terus mempelajari Bahasa nasional yakni bahasa Indonesia. Terbukti,
tidak sedikit masyarakat Baduy yang dapat berbahasa Inbdonesia.
- Sistem Pemerintahan
Masyarakat
Baduy menganggap dirinya sebagai keturunan jauh dari 7 Batara atau
Dewa, yang dikirim ke dunia di Sasaka Pusaka Buana oleh Batara Batara
tunggal. Mereka membagikan diri kedalam beberapa kelompok berdasarkan
keturunan mereka. Karena itu mereka hidup dalam pemukiman yang berbeda.
Ada 3 pemukiman di Tangtu ( daerah bagian dalam ), yaitu Cibeo,Cikeusek,
dan Cikartawana.Setiap daerah pemukiman memiliki puun sendiri yang
secara adaptasi memiliki tugas khusus dan mengadakan hubungan dengan
sejumlah pemukiman di Dangka (daerah bagian luar Baduy).Setiap pemukiman
luar memiliki pemimpin sendiri yang disebut Jaro. Seluruh organisasi
ini disebut “Masyarakat tiga Tangtu dan tujuh Jaro”. Dengan semakin
banyak penduduk ada juga orang Baduy yang kini tinggal diluar tata susun
resmi, yaitu di pemukiman tambahan yang disebut penamping atau
pajaroan.
- Mata Pencaharian
Kehidupan
orang Baduy berpenghasilan dari pertanian, dimulai pada bulan kaampat
kalender Baduy yang dimulai dengan kegiatan nyacar yakni membersihkan
semua belukar untuk menyiapkan ladang. Ada 4 jenis lading untuk padi
gogo yaitu humas serang, merupakan suatu lading suci bagi mereka yang
berpemukiman dalam. Huma tangtu merupakan lading yang dikerjakan oleh
orang Baduy Dalam yang meliputi Huma tuladan atau huma jaro. Huma
penamping merupakan ladang yang dikerjakan oleh orang Baduy diluar
kawasan tradisional.
- Peralatan dan Teknologi
Kehidupan
orang Baduy berpusat pada daur pertanian yang diolah dengan menggunakan
peralatan yang masih sangat sederhana. Dalam adapt Baduy terutama Baduy
Dalam, masyarakat tidak boleh menggunakan peralatan yang sudah modern.
Mereka mengandalkan peralatan yang masih sangat primitive seperti bedog,
kampak, cangkul, dll.
- Upacara Masyarakat Baduy
- Upacara Kawalu yaitu upacara yang dilakukan dalam rangka menyambut bulan kawalu yang dianggap suci dimana pada bulan kawalu masyarakat baduy melaksanakan ibadah puasa selama 3 bulan yaitu bulan Kasa,Karo, dan Katiga.
- Upacara ngalaksa yaitu upacara besar yang dilakukan sebagain uacapan syukur atas terlewatinya bulan-bulan kawalu, setelah melaksanakan puasa selama 3 bulan. Ngalaksa atau yang sering disebut lebaran.
- Seba yaitu berkunjung ke pemerintahan daerah atau pusat yang bertujuan merapatkan tali silaturahmi antara masyarakat baduy dengan pemerintah, dan merupakan bentuk penghargaan dari masyarakat baduy.
- Upacara menanam padi dilakukan dengan diiringi angklung buhun sebagai penghormatan kepada dewi sri lambing kemakmuran.
- Kelahiran yang dilakukan melalui urutan kegiatan yaitu:
- Saat bayi itu lahir akan dibawa ke dukun atau paraji untiuk dijampi-jampi.
- Setelah 7 hari setelah kelahiran maka akan diadakan acara perehan atau selametan.
- Upacara Angiran yang dilakukan pada hari ke 40 setelah kelahiran.
-
Akikah yaitu dilakukannya cukuran, khitanan dan pemberian nama oleh
dukun(kokolot) yuang didapat dari bermimpi dengan mengorbankan ayam.
Perkawinan,
dilakukan berdasarkan perjodohan dan dilakukan oleh dukun atau kokolot
menurut lembaga adat (Tangkesan) sedangkan Naib sebagai penghulunya.
Adapun mengenai mahar atau seserahan yakni sirih, uang semampunya, dan
kain poleng.
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari tentunya masyarakat baduy disesuaikan dengan penanggalan:
- Bulan Kasa
- Bulan Karo
- Bulan Katilu
- Bulan Sapar
- Bulan Kalima
- Bulan Kaanem
- Bulan Kapitu
- Bulan Kadalapan
- Bulan Kasalapan
- bulan Kasapuluh
- Bulan Hapid Lemah
- Bulan Hapid Kayu
Seperti
yang telah diuraikan diatas, apabila ada masyarakat baduy yang
melanggar asalah satu pantangan maka akan dikenai hukuman berupa
diasingkan ke hulu atau dipenjara oleh pihak polisi byang berwajib.
- Kesenian
Dalam melaksanakan upacara tertentu, masyarakat Baduy menggunakan kesenian untuk memeriahkannya. Adapun keseniannya yaitu:
- Seni Musik (Lagu daerah yaitu Cikarileu dan Kidung ( pantun) yang digunakan dalam acara pernikahan).
- Alat musik (Angklung Buhun dalam acara menanan padi dan alat musik kecapi)
- Seni Ukir Batik.
http://3gplus.wordpress.com/2008/04/08/suku-baduy/
http://everything31.files.wordpress.com/2011/06/alat-musik-sunda-original.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9IUA0CzwcC7W8nfsRPBWHrlJFeBV1YiYGwncEWPtjpE_e6pScccZOi9GsZoFsBn9LMkPj_XE9rupB7JU4Pp9mh0XBgQ78bbecu_ggxHuWZt9zYndrOJ2cAoUYNZsETuJet988zDWDsMg/s320/angklung1.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar